PANDE.co.id - Peninggalan Hindia Belanda tetap memberikan pengaruh signifikan pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang kuliner.
Salah satu warisan berharga yang masih dirasakan hingga saat ini adalah rijsttafel.
Berbagai komunitas pecinta sejarah telah menyelenggarakan acara khusus dengan tema ini, sekaligus menggali lebih dalam tentang sejarah dan popularitas hidangan yang unik ini.
Dilansir dari buku Pameran Jejak Memori: Kisah Hotel Dari Menteng 31, rijsttafel, berasal dari penggabungan kata "rijst" yang berarti nasi, dan "tafel" yang dapat berarti meja atau hidangan.
Dengan demikian, rijsttafel dapat diartikan sebagai penyajian hidangan di atas meja berupa nasi lengkap dengan aneka macam lauk pauknya.
Hidangan ini melibatkan berbagai komponen seperti ayam, frikadel, udang, dendeng, kepiting, telur asin, dan beragam sayur mayur seperti sayur lodeh, sayur keluak, dan krupuk.
Rijsttafel awalnya hanya disajikan di rumah tangga Belanda sebagai hidangan istimewa dalam acara makan siang pada akhir pekan.
Namun, setelah tahun 1870-an, tren ini mulai bergeser, dan rijsttafel menjadi populer di luar rumah.
Restoran, hotel, dan losmen mulai menawarkan hidangan ini sebagai pilihan istimewa bagi para pelanggan mereka.
Menariknya, popularitas rijsttafel tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu.
Beberapa komunitas pecinta sejarah memandang rijsttafel sebagai bagian dari warisan kultural yang perlu dilestarikan.
Mereka bahkan mengadakan acara-acara khusus untuk memperkenalkan dan memahami lebih dalam asal-usul serta kekayaan cita rasa dari hidangan ini.
Beberapa hotel papan atas juga turut meramaikan tren ini dengan menghidangkan rijsttafel sebagai salah satu menu istimewa mereka.
Keberagaman hidangan dalam satu sajian membuat rijsttafel menjadi pilihan menarik bagi para tamu yang ingin mengeksplorasi ragam kuliner Nusantara dalam satu waktu.