PANDE.co.id - Teh, minuman yang tak lekang oleh waktu, terus mengalir ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Daunnya yang indah berasal dari pegunungan, merambah ke seluruh pelosok dunia.
Di Jakarta, minum teh adalah kegiatan yang umum, terpantau di berbagai tempat makan.
Namun, siapa sangka bahwa di salah satu sudut Kota Jakarta, terdapat budaya minum teh yang sungguh unik dan bersejarah?
Budaya minum teh yang memikat ini berasal dari daerah Patekoan, yang terletak di Kawasan Pecinan Glodok.
Cerita asal-usul nama Patekoan membawa kita kembali ke tahun 1659, ketika seorang keturunan Tionghoa bernama Gan Djie memutuskan untuk pindah ke Batavia.
Gan Djie adalah seorang yang berasal dari Ciangciu, Tiongkok.
Awalnya, ia pindah dan menetap di Gresik setelah mengikuti kakak laki-lakinya yang telah lebih dulu datang ke Pulau Jawa.
Di Gresik, Gan Djie turut andil dalam mengelola hasil pertanian bersama kakaknya tersebut.
Dengan dedikasinya, ia segera meraih kesuksesan dan menjadi seorang pedagang terkemuka di wilayah tersebut.
Seiring berjalannya waktu, atas rekomendasi dari rekannya, Gan Djie memutuskan untuk berpindah ke Batavia.
Di Batavia, ia menetap di sebuah rumah yang kini dikenal sebagai Perniagaan, atau lebih dikenal sebagai Patekoan.
Gan Djie menjalani usaha perdagangan hasil bumi di Batavia dan, berkat sifat baik serta keinginannya untuk membantu sesama, ia cepat menjadi salah satu tokoh terkemuka di pemukiman barunya.
Pada tahun 1663, seorang Kapitein der Chineezen, Phoa Beng Gan mengajukan pengunduran diri dari jabatannya kepada Gubernur Jenderal VOC Joan Maetsuyker karena usianya yang sudah lanjut.