Sumpah ini menjadi tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, banyak penghuni Gedung Indonesische Clubgebouw yang lulus, dan gedung tersebut pun mengalami perubahan fungsi.
Antara tahun 1934 hingga 1937, gedung ini disewakan kepada Pang Tjem Jam dan digunakan sebagai rumah tinggal.
Kemudian, antara tahun 1937 hingga 1948, gedung ini disewakan kepada Loh Jing Tjoe yang menggunakannya sebagai toko bunga.
Dari tahun 1948 hingga 1951, gedung berubah menjadi Hotel Hersia.
Setelah itu, selama 19 tahun, Gedung Kramat 106 disewa oleh Inspektorat Bea dan Cukai untuk digunakan sebagai kantor dan penampungan karyawannya.
Pada 3 April 1973, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memulai proses pemugaran Gedung Kramat 106, dan pemugaran selesai pada 20 Mei 1973.
Gedung Kramat 106 kemudian diubah menjadi Museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda.
Gedung Museum Sumpah Pemuda memiliki sejarah yang panjang dan menjadi saksi dari perjalanan panjang dalam pembentukan semangat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Di tempat inilah, peristiwa sejarah penting terjadi, dan semangat persatuan Indonesia dirumuskan dan diikrarkan.
Museum ini menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai warisan bangsa.
