JAKARTA, PANDE.co.id -Museum Sumpah Pemuda menjadi tempat simulasi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai persatuan Bangsa.
Terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat, ide pendirian museum ini berasal dari Generasi ’28 untuk mewariskan ide kebangsaan.
Sejak 115 tahun lalu, gedung ini awalnya merupakan rumah tinggal milik Sie Kong Lian.
Gedung Kramat 106, sebutannya, seringkali digunakan sebagai “bank” ide dan gagasan untuk kemerdekaan Indonesia.
Dulu, Gedung ini disewa oleh pelajar dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) dan Rechtsschool (RS) sebagai tempat tinggal dan belajar.
Gedung ini dikenal dengan nama Commensalen Huis. Di sini, sejumlah pelajar seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, dan banyak lainnya tinggal dan belajar.
Pada tahun 1927, Gedung Kramat 106 mulai digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk mengadakan kegiatan pergerakan.
Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering berkumpul di gedung ini untuk berdiskusi mengenai strategi perjuangan.
Sejumlah kongres, seperti Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia (PI), dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) juga diadakan di gedung ini.
Gedung Kramat 106 juga menjadi markas besar PPPI dan menjadi lokasi penerbitan majalah Indonesia Raja oleh PPPI.
Seiring dengan penggunaan oleh berbagai organisasi ini, gedung yang semula bernama Langen Siswo kemudian diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).
Pada 15 Agustus 1928, Gedung Kramat 106 menjadi saksi penting dalam sejarah Indonesia.
Di gedung ini, diputuskan untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928 yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda.
