2. Pangeran Ario Notodirodjo (1858-1917)
Pangeran Ario Notodirodjo adalah seorang anggota Loji Mataram yang bergabung pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan dalam kepengurusan loji.
Ia juga pernah menjadi Ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911 hingga 1914.
Pada tahun 1913, ia mendirikan cabang Sarekat Islam di Jogja yang banyak diikuti oleh para elit Jawa.
Notodirodjo dikenal sebagai pendekar pergerakan rakyat Jawa yang dihormati.
3. Dr. Radjiman Wediodiningrat (1879-1952)
Dr. Radjiman Wediodipoera, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Radjiman Wediodiningrat, adalah seorang dokter di Keraton Solo.
Ia juga seorang penulis yang memimpin Boedi Oetomo pada tahun 1914-1915 setelah Notodirodjo.
Pada masa menjelang kemerdekaan Indonesia, Radjiman Wediodipoera menjadi sosok penting bersama Soekarno dan Hatta, berkunjung ke Marsekal Terauchi di Dalat untuk membahas kemerdekaan.
Ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
4. Raden Adipati Tirto Koesoemo (1851-1924)
Raden Adipati Tirto Koesoemo adalah seorang Bupati Karanganyar yang menjadi anggota Loji Mataram pada tahun 1895.
Ia juga merupakan ketua pertama dari Boedi Oetomo.
Pada kongres kedua organisasi yang diadakan di Loji Mataram, ia mengusulkan penggunaan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia.
Kepengurusan dan kepemimpinannya sangat dihormati oleh masyarakat lokal maupun Eropa, sebagaimana terbukti oleh banyaknya orang yang hadir saat pemakamannya.
