JAKARTA, PANDE.co.id - Warung kopi, atau yang sering disingkat warkop, telah menjadi solusi praktis bagi mereka yang ingin menikmati secangkir kopi tanpa harus repot menyeduh sendiri.
Di Jakarta, warkop banyak ditemukan di pinggir jalan, gang sempit, hingga di antara gedung-gedung tinggi.
Tidak hanya menjual kopi, warkop juga menawarkan berbagai minuman sachet lainnya, menjadikannya tempat favorit untuk bersantai atau mengobrol dengan teman.
Memulai usaha warkop memang memerlukan modal yang tidak terlalu besar, namun juga tidak bisa dibilang kecil.
Ahmad, seorang pemilik warkop di bilangan Tanjung Priok, Jakarta Utara, berbagi pengalamannya dalam merintis usaha ini.
"Modalnya kecil tapi ga kecil banget," ujarnya.
"Saya bikin waktu itu modal Rp 5.000.000-an, uda termasuk bambu-bambu penyangga ini bikin sendiri. Sekitar 3 jutaan untuk beli bahan-bahan, sisanya buat alat-alat seduh kopi kayak kompor dan lain-lain."
Menurut Ahmad, kunci utama dalam menjalankan warkop adalah menemukan distributor kopi yang murah karena harga setiap distributor bisa sangat berbeda.
"Kita ga boleh males nyari distributor murah karna untung kita kecil banget," jelasnya.
Selain itu, Ahmad menekankan pentingnya mengelola keuangan dengan bijak dan tidak terbawa nafsu untuk boros.
"Untung per harinya ga besar, tapi cukup buat biayain anak sekolah. Di sini juga ada jatah premannya yang beberapa kali dateng," tambahnya.
Dalam menjalankan warkopnya, Ahmad tidak sendirian.
Ia dibantu oleh saudaranya, dan mereka bergantian menjaga warkop yang buka selama 24 jam.
"Maksudnya warkopnya buka 24 jam tapi yang jaga ganti-gantian," jelasnya.