Pembangunan baru dilanjutkan kembali ketika LPJ du Bus de Gisignies menjabat sebagai Gubernur Jenderal pada 1826.
Setelah 15 tahun terbengkalai, proyek pembangunan istana putih akhirnya dikerjakan kembali.
Du Bus menunjuk Insinyur Tromp sebagai arsitek baru, dan proyek tersebut akhirnya rampung pada 1828.
Fungsi Utama Istana Putih
Meskipun Daendels tidak sempat menghuni Istana Putih, pembangunan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah pemerintahan Hindia Belanda.
Istana Putih difungsikan sebagai kediaman dan kantor Gubernur Jenderal.
Bangunan sayap kiri dan kanan digunakan sebagai kantor pemerintahan dan tempat menjamu tamu negara.
Kompleks ini juga dilengkapi dengan istal yang dapat menampung lebih dari 100 kuda, percetakan negara, dan kantor pos.
Bukan Hanya Sebagai Pusat Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Du Bus, Mahkamah Agung turut berbagi tempat di kompleks ini sebelum pindah ke gedung baru di utara Koningsplein atau Lapangan Monas pada 1848.
Istana Putih pun juga kerap menjadi pusat aktivitas sosial dan pemerintahan pada abad ke-19.
Klub Concordia yang berdiri di gedung sayap kiri sering menjadi tempat pementasan opera seperti Othello atau Verdi.