Adapula yang kemudian menetap di sekitar Klenteng Jin De Yuan.
Meskipun tidak ada bukti pasti, dugaan kuat bahwa klenteng ini mungkin telah mengalami kebakaran saat peristiwa pembantaian etnis Tionghoa pada tahun 1740.
Pada tahun 1755, Klenteng Jin De Yuan mengalami pemugaran oleh Kapitan Oei Tji Lo, dan sejak saat itu diberi nama Kim Tek Ie.
Di abad ke-18, dengan perkembangan kota Batavia yang semakin pesat, Kim Tek Ie menjadi tempat ibadah yang sangat berarti bagi komunitas Tionghoa.
Klenteng ini menjelma menjadi pusat peribadatan yang ramai dikunjungi oleh pejabat-pejabat dan masyarakat Tionghoa.
Tempat ini menjadi simbol perdamaian dan kesejahteraan bagi mereka yang mencarinya.
Klenteng Jin De Yuan, yang kini dikenal sebagai Vihara Dharma Bhakti, telah menjalani berbagai perubahan selama berabad-abad.
Meskipun awalnya didedikasikan untuk umat Buddha, klenteng ini telah menyediakan tempat ibadah dan refleksi bagi berbagai komunitas.
Dengan sejarahnya yang kaya dan pesona arsitekturalnya yang memukau, Klenteng Jin De Yuan tetap menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan yang mencari keindahan budaya dan sejarah di Jakarta.
