LOMBOK, PANDE.co.id - Ketika Anda berkunjung ke Pulau Lombok dan tiba-tiba merasa terjebak dalam kerumunan orang yang membuat jalanan macet, jangan terburu-buru berprasangka buruk.
Anda mungkin tengah menyaksikan tradisi Nyongkolan, sebuah upacara yang unik dan tak terlupakan.
Bagi wisatawan atau pendatang dari luar Pulau Lombok, mungkin akan merasa asing dan bingung tentang apa yang sedang terjadi selama upacara Nyongkolan.
Namun, bagi masyarakat Sasak, ini adalah sebuah tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun dalam menyambut sebuah pernikahan.
Biasanya, upacara ini dilangsungkan pada akhir pekan, setelah waktu sholat zuhur hingga sore hari.
Upacara Nyongkolan ini dimulai dengan sebuah arak-arakan atau pawai, di mana pasangan pengantin berjalan layaknya seorang raja dan ratu menuju kediaman mempelai wanita.
Rombongan Nyongkolan terdiri dari keluarga dan kerabat mempelai pria. Jika rumah pengantin laki-laki berdekatan, Nyongkolan dimulai dari sana.
Namun, jika jaraknya jauh, rombongan akan menggunakan kendaraan dan memulai perjalanan mereka dari perbatasan desa mempelai wanita.
Tujuan dari acara adat Nyongkolan ini adalah untuk mengumumkan kepada seluruh masyarakat desa bahwa seorang gadis dari desa mereka telah resmi menjadi pasangan suami-istri dengan seorang pria dari desa lain.
Hal ini sangat penting karena seluruh prosesi pernikahan akan dilangsungkan di kediaman mempelai laki-laki.
Selama Nyongkolan, mempelai pria akan berjalan diiringi oleh dua pemuda dan dua gadis yang mendampingi mempelai wanita.
Dedare-dedare (gadis-gadis) dan terune-terune (pemuda), bersama dengan pemuka agama, tokoh masyarakat, serta kerabat dan sanak saudara mempelai pria, semua mengenakan pakaian adat khas suku Sasak.
Rombongan juga akan disertai oleh grup musik tradisional seperti Gendang Beleq, Cilokak, atau Kelentang, yang menambah semarak acara tersebut.
Inilah salah satu tradisi unik yang dimiliki suku Sasak di Pulau Lombok.