Cuaca cerah dan laut yang tenang membuat perjalanan selama tiga puluh menit terasa menyenangkan.
Para peserta tampak antusias, sebagian memotret pemandangan laut, sebagian lagi berbincang tentang kisah Pulau Onrust yang pernah menjadi benteng kolonial, rumah sakit karantina haji, hingga penjara bagi tokoh pergerakan.
Menyusuri Sejarah di Pulau Onrust
Setibanya di Pulau Onrust, peserta diajak Stefanus Bedahrang, tour guide utama sekaligus Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi KTD, yang memimpin sesi tur berpemandu.
Stefan dengan penuh semangat membawakan narasi sejarah di setiap titik kunjungan; mulai dari Rumah Dokter yang kini difungsikan sebagai museum kecil, reruntuhan rumah sakit tua, hingga sisa-sisa penjara yang menyimpan kisah pilu masa lalu.
Suasana semakin hidup ketika rombongan tiba di area makam Belanda.
Di sini, Mutia Azzahra Erisa Putri, Bendahara Umum KTD yang juga bertindak sebagai Ketua Pelaksana kegiatan, turut mendampingi Stefan dalam memberikan penjelasan.
Dengan gaya tutur yang lembut namun tegas, Mutia menggambarkan kisah-kisah di balik nisan-nisan tua; bagaimana pulau kecil ini menjadi saksi bisu kehidupan dan kematian para pelaut, dokter, dan penduduk kolonial.
Sesi tur diakhiri sekitar tengah hari. Para peserta kemudian beristirahat sambil menikmati kudapan dan makan siang bersama di bawah rindangnya pepohonan.
Suasana terasa akrab dan cair, penuh tawa dan percakapan ringan tentang pengalaman pagi itu.
Kreativitas dari Alam Pulau
Usai istirahat, panitia mengadakan sesi kegiatan kreatif sederhana namun sarat makna.
Peserta diberi kertas putih, gunting, dan lem, lalu diajak membuat karya seni dari bahan alami yang ditemukan di sekitar pulau seperti daun gugur, bunga kering, atau ranting kecil.
Hasilnya beragam, ada yang membentuk pola bunga, ada yang membuat wajah manusia, bahkan ada yang menempelkan dedaunan menjadi siluet.