SURABAYA, PANDE.co.id - Kampung Peneleh di Surabaya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Indonesia.
Baru-baru ini, Komunitas Menapak Jejak Sejarah (MJS) mengadakan acara bertajuk "Nguri-Nguri Sejarah" yang bertujuan mengenalkan berbagai situs bersejarah di kampung tersebut kepada generasi muda dan masyarakat umum.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 peserta dari berbagai daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Blitar, dan Kediri.
"Alhamdulillah kegiatan yang kami gelar mendapat perhatian dari para penggiat sejarah, mahasiswa, pelajar hingga masyarakat umum. Yang menggembirakan peserta bukan hanya dari Surabaya. Melainkan juga dari berbagai kota, antara lain Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Blitar dan Kediri," tutur Ketua MJS, Mohamad Fahmi.
Mereka diajak menjelajahi berbagai lokasi bersejarah di Kampung Peneleh, termasuk Situs Sumur Jobong, Masjid Jami Peneleh, Rumah H.O.S. Tjokroaminoto, Makam Eropa Peneleh, dan Rumah Kelahiran Bung Karno.
Situs Sumur Jobong, misalnya, adalah sumur kuno terbuat dari terakota yang ditemukan pada tahun 2018.
Sumur ini masih mengeluarkan air jernih dan telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya oleh Walikota Surabaya.
Peserta juga diajak mengunjungi Masjid Jami Peneleh yang konon dibangun oleh Sunan Ampel dan tetap terjaga keasliannya hingga kini.
Rumah Tjokroaminoto menjadi destinasi selanjutnya. Rumah ini merupakan tempat tinggal tokoh pergerakan nasional H.O.S. Tjokroaminoto dan beberapa tokoh penting lainnya seperti Bung Karno, Semaun, Tan Malaka hingga Kartosoewirjo.
"Di rumah ini juga pernah ditinggali tokoh-tokoh pergerakan bangsa, seperti Bung Karno, Semaoen, Alimin, Darsono, Muso, Kartosuwirjo, serta Tan Malaka sempat bertemu dan berdialog di rumah tersebut," ujar Kuncarsono Prasetyo, praktisi sejarah yang juga bertindak selaku pendamping para peserta MJS.
Rumah ini telah diresmikan menjadi museum pada tahun 2017 oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Tak ketinggalan, peserta mengunjungi Makam Eropa Peneleh, pemakaman terbesar bagi orang Eropa di Indonesia yang dibuka sejak tahun 1847.
Di sana, dimakamkan berbagai pejabat Hindia Belanda serta warga Eropa dari berbagai negara.
Acara ini ditutup dengan kunjungan ke Rumah Kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean IV.