Seabad kemudian, tahun 1912, bangunan ini mengalami renovasi besar-besaran dan diubah menjadi gaya rumah Belanda yang dikenal sebagai Neo Renaissance.
Gedung tersebut dimanfaatkan sebagai gudang oleh perusahaan Geo Wehry and Co.
Pada tahun 1936, gedung ini diubah menjadi monumen, tetapi satu tahun kemudian, Bataviasche Genootschaap van Kusten en Wetenschappen, sebuah lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, membeli gedung ini.
Pada tanggal 22 Desember 1939, Gubernur terakhir Belanda, Tjarda van Starkenborgh, mengalihfungsikan gedung tersebut menjadi Museum Batavia Lama.
Sayangnya, selama masa pendudukan Jepang, museum ini tidak terawat dengan baik.
Ide menjadikan gedun ini sebagai museum baru terjadi sejak Indonesia merdeka. Atas dorong Gubernur Ali Sadikin, didirikanlah Museum Wayang di atas gedung ini.
Gedung bersejarah ini, yang kini menjadi Museum Wayang, adalah salah satu dari sedikit peninggalan sejarah yang masih hidup dan terus memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya yang kaya dari Indonesia.
Museum ini bukan hanya tempat penjagaan warisan budaya, tetapi juga sebuah tempat yang hidup dengan seni wayang yang memukau.