Selain keindahannya, Bukit Campuhan juga memiliki makna sejarah dan religius.
Tempat ini dianggap suci dan bersejarah, karena menjadi tempat ibadah bagi masyarakat setempat.
Menurut SejarahBali.com, jejak sejarah dalam penamaan Bukit Campuhan, Ubud, merujuk pada lokasinya yang terletak di dalam wilayah Pura Gunung Lebah.
Nama "Lebah" dalam bahasa Bali memiliki arti "rendah."
Kisah tentang munculnya Bukit Campuhan bermula saat seorang pendeta Hindu dari Jawa bernama Rsi Markendya melakukan perjalanan spiritual yang penuh kekaguman.
Rsi Markendya terpesona oleh keindahan sebuah bukit kecil yang terletak di pertemuan dua aliran sungai, yaitu Sungai Oos dan Sungai Cerik.
Pada akhirnya, sebagai tanda penghormatan terhadap keindahan alam dan sebagai tempat meditasi yang memikat, Pura Gunung Lebah didirikan.
Nama pura ini mencerminkan arti dari bukit kecil yang berada di lembah.
Selain digunakan sebagai tempat meditasi, sekitar pura ini kemudian berkembang menjadi sebuah permukiman yang saat ini dikenal dengan nama Ubud.
Kisah ini menegaskan bahwa penamaan "Lebah" dalam Pura Gunung Lebah mengacu pada karakteristik geografis bukit yang berada di lembah, yang menjadi landasan bagi pembentukan komunitas dan perkembangan wilayah Ubud.
Ini adalah bukti dari bagaimana sejarah, agama, dan keindahan alam saling terkait dalam membentuk keunikan dan pesona dari Bukit Campuhan dan Ubud secara keseluruhan.
Maka dari itu pula, kebersihan dan ketertiban tempat ini sangat dijaga dengan baik untuk menjaga rasa hormat terhadap nilai-nilai spiritual yang melekat di sana.
Untuk mencapai Bukit Campuhan, Anda dapat melakukan perjalanan selama sekitar 30 menit dari Kota Denpasar atau sekitar 50 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai.
Setelah tiba di gerbang Ibah Villa & Suites, Anda hanya perlu mengikuti petunjuk "Going To Hill," dan setelah melewati gerbang, Anda akan melihat Pura Gunung Lebah. Dari sini, trek menuju Bukit Campuhan dimulai. [Rachmadi Slamet]