JAKARTA, PANDE.co.id - Museum Nasional Indonesia memiliki akar yang dalam dan bersejarah.
Sejarah panjang Museum Nasional dimulai dari perkumpulan "Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen" (BG) yang pada tahun 1923 memperoleh gelar "Koninklijk".
Gelar itu diperoleh karena sumbangsihnya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah.
Pada 26 Januari 1950, perkumpulan tersebut mengubah namanya menjadi "Lembaga Kebudayaan Indonesia," menggambarkan komitmennya untuk memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berguna.
Hal ini ditujukan demi meningkatkan pemahaman tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya.
Dari tahun ke tahun, koleksi BG terus bertambah hingga museum di Jalan Majapahit tidak lagi mampu menampungnya.
Pada tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru di lokasi yang sekarang menjadi Jalan Medan Merdeka Barat No. 12.
Gedung museum ini dikenal oleh masyarakat sebagai "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah." Hal ini tidak terlepas dari adanya patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Seiring waktu, museum ini juga sering disebut sebagai "Gedung Arca" karena koleksinya yang kaya akan berbagai jenis arca dari berbagai periode.
Pada tanggal 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.
Pada tanggal 28 Mei 1979, melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/0/1979, Museum Pusat secara resmi ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
