PANDE.co.id - Belakangan ini, kita sering mendengar kata "FOMO" dari anak-anak muda, terutama generasi Z.
Generasi Z di Tanah Air turut mempopulerkan istilah ini ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
FOMO adalah singkatan dari "Fear of Missing Out" yang menggambarkan rasa takut ketinggalan atau kecemasan karena khawatir kehilangan momen penting atau menarik.
Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 oleh Patrick J. Mc Ginnis, seorang penulis dan investor Amerika.
Namun, penggunaan istilah ini semakin meluas pada tahun 2010, terutama dengan semakin populer dan intensnya media sosial dalam kehidupan kita.
Saking terkenalnya, istilah ini bahkan sampai dibuatkan film dengan judul tersebut.
Film yang menggunakan istilah ini ada dua, satu dengan genre drama yang dirilis pada tahun 2019, sedangkan yang satu lagi dengan genre horor yang dirilis pada tahun 2022.
FOMO mempengaruhi kesehatan mental karena mengganggu kemampuan kita untuk menghargai apa yang telah kita miliki saat ini.
Terlalu sering, kita lupa bahwa sudah memiliki kehidupan yang layak untuk disyukuri tanpa harus terlalu fokus pada kehidupan orang lain.
Dalam era media sosial, FOMO sering terjadi saat kita melihat teman atau orang lain melakukan aktivitas populer di platform seperti Instagram, Facebook, atau TikTok.
Media sosial sering menampilkan setiap aktivitas individu yang kebanyakan menyenangkan, terutama di kalangan remaja.
Namun, penting untuk diingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial seringkali adalah gambaran yang disunting dan direkayasa, bukan realitas sehari-hari.
FOMO dapat memicu beragam perasaan negatif, seperti rasa iri, cemburu, sedih, kecewa, ketidakpuasan, dan ketakutan tertinggal dari orang lain.
Orang yang mengalami FOMO mungkin merasa seperti terus-menerus memeriksa media sosial atau acara teman mereka untuk memastikan mereka tidak melewatkan sesuatu yang menarik.