LOMBOK, PANDE.co.id - Suku Sasak yang menjadi penduduk asli Pulau Lombok memiliki tradisi pernikahan yang cukup unik.
Dalam Tradisi Sasak, pernikahan dilakukan dengan cara calon mempelai pria menculik calon mempelai wanita.
Menculik calon mempelai wanita dianggap sebagai sebuah pertaruhan kehormatan lelaki Sasak dan keluarganya.
"Dengan menculik, berarti laki-laki ini jantan. Karena gadis Sasak biasanya disukai oleh beberapa laki-laki. Dengan menculik, dia berarti siap menghadapi laki-laki dari keluarga lain," terang Sapoan, seorang kepala dusun di wilayah Lombok Tengah
Sapoan menambahkan, "Jangan salah, biasanya keluarga gadisnya juga akan menjaga betul agak anaknya tidak diculik dengan mudah. Akan dikejar penculiknya, tapi ada aturan adat, jika penculik sudah sampai di rumahnya (rumah mempelai lelaki), maka keluarga perempuan dilarang melanjutkan pengejaran."
Setelah menculik, pihak laki-laki akan mengirim utusan yang biasanya adalah kepala dusun.
Utusan ini akan menemui perwakilan dari pihak perempuan yang juga diwakili oleh kepala dusunnya.
Mereka akan membicarakan pisuka (baca: pisuke) yaitu uang denda adat karena penculikan tadi.
Pisuka ini akan digunakan sebagai biaya upacara adat di tempat perempuan.
"Denda adat ini besarannya ditentukan oleh keluarga perempuan. Tapi, pihak laki-laki boleh menawarnya," tambah Sapoan.
Setelah denda adat selesai, pihak keluarga akan mengirimkan wali dan akad nikah agar pernikahan dapat segera dilangsungkan.
Tidak lama setelah akad, kedua mempelai dengan disertai rombongan keluarga dan pengantar akan berjalan menuju rumah pihak perempuan untuk melakukan silaturahmi dua keluarga besar.
Iring-iringan ini akan disertai kelompok musik tradisional Lombok yang dinamakan Gendang Beliq.
Gendang Beliq menjadi simbol suka cita dua keluarga dan merupakan tanda yang mengabarkan pada khalayak ramai bahwa kedua mempelai telah sah sebagai suami istri.