PANDE.co.id - Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, banyak tradisi yang mulai tergeser oleh inovasi teknologi.
Salah satunya adalah cara memasak, yang kini lebih banyak menggunakan kompor gas atau listrik daripada metode tradisional menggunakan kayu bakar.
Namun, meskipun kian langka, praktik memasak dengan kayu bakar masih tetap dijaga, terutama di pedesaan Indonesia.
Di era 80-an, kebiasaan ini masih umum dijumpai, memberikan sentuhan khas pada masakan tradisional.
Makanan yang dimasak dengan arang atau kayu bakar memiliki cita rasa dan aroma yang tak tertandingi.
Sensasi unik inilah yang membuatnya digemari banyak orang.
Aroma wangi yang terpancar dan cita rasa yang kaya, membuat selera makan semakin tergoda.
Tidak heran, banyak warga perkotaan yang rela meluangkan waktu untuk kembali menikmati keindahan desa dan kelezatan hidangan tradisional yang masih diolah dengan kayu bakar.
Selain mencari ketenangan di tengah hijaunya sawah, mereka juga mengharapkan sensasi autentik dari setiap hidangan yang disajikan.
Memasak dengan kayu bakar memang memerlukan kesabaran lebih.
Mulai dari menyalakan api hingga menghasilkan bara yang cukup untuk memasak, proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan menggunakan kompor gas atau listrik yang praktis dan efisien.
Dalam hal efisiensi waktu, kompor memang menjadi pilihan utama bagi masyarakat perkotaan yang serba terburu-buru.
Selain itu, kepraktisan penggunaan kompor juga menjadi alasan utama, mengingat memasak dengan kayu bakar membutuhkan persiapan dan perawatan ekstra, seperti menyediakan stok kayu atau arang secara teratur.
Meskipun demikian, meski dihadapkan pada kenyamanan dan kemudahan penggunaan kompor, banyak yang tetap memilih memasak dengan kayu bakar sebagai cara untuk menghemat pengeluaran.