wa la'in sa'altahum man khalaqas-samâwâti wal-ardla layaqûlunnallâh, qul a fa ra'aitum mâ tad‘ûna min dûnillâhi in arâdaniyallâhu bidlurrin hal hunna kâsyifâtu dlurrihî au arâdanî biraḫmatin hal hunna mumsikâtu raḫmatih, qul ḫasbiyallâh, ‘alaihi yatawakkalul-mutawakkilûn.
Artinya : Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrik Makkah) siapa yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Kalau begitu, tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka (sesembahan itu) mampu menghilangkan bencana itu atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?" Katakanlah, "Cukuplah Allah (sebagai pelindung) bagiku. Hanya kepada-Nya orang-orang yang bertawakal berserah diri."
Surat tersebut menggambarkan suatu kisah ketika terjadi dialog tentang orang-orang yang terancam oleh berhala-berhala di zaman itu.
Dan orang yang selamat adalah yang berkata 'Hasbiallah,' yang berarti 'Cukuplah Allah sebagai penolong kita' untuk melindungi dari segala ancaman.
Orang lain mungkin meminta perlindungan dari berhala-berhala, padahal berhala-berhala tersebutlah yang sebenarnya mengancam mereka.
Seperti lingkaran setan, mereka diancam oleh berhala-berhala itu dan disuruh menyembahnya.
Namun ketika mereka menyembah, pada hakikatnya mereka justru menjadi terpedaya.
Sebaliknya, dengan mengandalkan Allah dan mengamalkan ajaran Nabi Muhammad, kita mendapatkan perlindungan yang hakiki dan jauh lebih kuat daripada bantuan khodam jin.
Dengan pemahaman ini, kita diharapkan tidak lagi mencari bantuan dari khodam jin yang tidak jelas.
Melainkan kita sebaiknya memperkuat iman dan mengamalkan ajaran agama yang sudah terbukti memberikan perlindungan yang sejati.
Pada dasarnya perlindungan Allah adalah yang terbaik dan tidak ada yang dapat menandinginya.
Amalkanlah ajaran ini dengan penuh keyakinan dan Insya Allah, kita akan selalu dalam perlindungan-Nya dari segala bentuk ancaman, baik yang nyata maupun yang gaib.