Namun, penting untuk dicatat bahwa Nabi Sulaiman tidak meminta kepada jin, melainkan kepada Allah untuk menundukkan jin agar menjadi khodam-nya.
Dalam hal ini, Nabi Sulaiman adalah raja yang mengendalikan jin, bukan sebaliknya.
Masalah muncul ketika seseorang meminta bantuan langsung kepada jin.
Hal ini bisa mengarah pada kesyirikan, karena jin menjadi penguasa yang meminta pengorbanan ataupun tumbal.
Yang tentunya seringkali melibatkan tindakan tidak etis atau bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Sebagai umat beragama, seharusnya kita meminta pertolongan hanya kepada Tuhan, bukan kepada makhluk yang diciptakan-Nya.
Dalam masyarakat tradisional, penggunaan khodam sering kali terkait dengan praktik-praktik mistis yang turun-temurun.
Di beberapa daerah, orang masih percaya bahwa khodam dapat membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari perlindungan pribadi hingga keberuntungan dalam usaha.
Namun, penting untuk diingat bahwa praktik semacam ini harus disertai dengan kehati-hatian dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama dan etika.
Peran khodam dalam kehidupan manusia seharusnya tidak boleh menggantikan usaha dan doa yang tulus.
Setiap bantuan dari khodam haruslah melalui izin dan kehendak Tuhan.
Kita perlu menyadari bahwa keberhasilan dan perlindungan sejati berasal dari usaha kita sendiri yang disertai dengan doa dan tawakal kepada Tuhan.
Pendekatan yang seimbang dan bijaksana dalam menghadapi konsep khodam dapat membantu kita tetap berada dalam jalur yang benar serta tidak disesatkan oleh godaan-godaan yang merugikan.
Mengandalkan khodam tanpa pemahaman yang jelas dan panduan dari ajaran agama yang benar hanya akan membawa kita ke dalam jurang kesesatan dan kerugian.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa waspada dan bijak dalam mencerna informasi mengenai khodam ini.