Senin, 22 Desember 2025

Berawal Sebagai Ratu dari Timur, Lalu Menjelma Menjadi Kuburan dari Timur. Inilah Kisah Transformasi Batavia Sebagai Ibukota Hindia Belanda

Photo Author
- Rabu, 19 Juni 2024 | 11:20 WIB
Oud Batavia tempo dulu. (pinterest / bintoro hoepoedio)
Oud Batavia tempo dulu. (pinterest / bintoro hoepoedio)

PANDE.co.id - Pada awal abad ke-19, kota Batavia Lama, menghadapi kondisi kehidupan yang sangat tidak sehat.

Sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda yang didirikan oleh VOC, awalnya Batavia dipilih karena lokasinya yang strategis.

Meski dikelilingi banteng yang kokoh menjadikan Batavia aman dari serangan luar, namun rupanya timbul ancaman baru yang berasal dari dalam.

Ancaman tersebut tidak lain dan tidak bukan ialah wabah penyakit mematikan seperti kolera dan malaria.

Hal ini lantas menjadi momok yang sangat menakutkan.

Yang pada masa itu sangat menghantui para penduduknya, terutama orang-orang Belanda.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan penjajah Belanda sejak era VOC hingga pemerintahan kolonial Hindia Belanda juga semakin memperparah situasi.

Menurut buku "Masa Lalu Dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia" karya Cor Passhier, wabah penyakit inilah yang menyebabkan angka kematian orang Belanda di Batavia meningkat tajam.

Insiden tersebut mengubah julukan kota dari ‘Ratu dari Timur’ menjadi ‘Kuburan dari Timur.

Gubernur Jenderal Belanda yang bernama Herman Willem Daendels, mulai melihat situasi ini sebagai ancaman besar.

Kemudian ia merencanakan pemindahan pusat pemerintahan ke daerah yang lebih sehat.

Awalnya, Daendels ingin memindahkan ibukota ke Surabaya.

Namun rencana tersebut dibatalkan karena beberapa kendala, termasuk kendala keuangan.

Lalu akhirnya, Daendels memilih Weltevreden, sebuah daerah pinggiran yang sebelumnya merupakan perkebunan dengan nama yang sama, sebagai lokasi ibukota baru.

Proyek yang terkesan ambisius itu resmi dimulai sejak 7 Maret 1809.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Agung Risky Pranoto

Tags

Terkini

Terpopuler

X