JAKARTA, PANDE.co.id – Bangunan Istana Merdeka yang ada di Medan Merdeka tidak terlepas dari pengaruh klasisisme yang kurang lebih juga mirip dengan beberapa istana di negara belahan dunia.
Dilansir dari Buku Medan Merdeka-Jantung Ibukota RI, gaya klasisisme merupakan gaya bangunan arsitektur yang dianggap paling cocok untuk penampilan citra agung istana.
Thailand, Jepang, Singapura, dan Washington kurang lebih juga menampilkan bangunan istana dengan gaya yang sama dengan Istana Merdeka.
Namun, dibanding istana di negara-negara itu, biaya pembangunan istana ini termasuk minim.
Saat masa kolonial, setelah bangunan ini dijadikan Koningsplein Paleis,
Pemerintah Kolonial Belanda sebetulnya cukup menghemat, hanya menganggarkan fl289.250,- untuk bangunan yang kini istimewa itu.
Bagi pemerintahan Kolonial Belanda saat itu, istana di Batavia (nama Jakarta masa lampau) belum dianggap representatif, mengingat sudah ada istana di Bogor.
Ir. H.M. Debbete adalah arsitek yang merealisasikan bangunan Koningsplein Paleis tersebut. Dalam realisasi arsitekturnya, bangunan berciri massa tipis dan atap besar.
Gedung utama itu diapit oleh dua sayap di kanan dan kirinya. Gerbangnya melengkung yang menguatkan kesan istana.
Bentuk jendela istana berbentuk pediment dan louvre. Di jendela tersebut, terdapat ornamen indah yang berbeda dari rumah biasa pada umumnya.
Bangunan Istana Merdeka terletak di tengah-tengah halaman yang luas.
Sama seperti klasisisme pada umumnya, bangunan Istana Merdeka itu bersifat monumental.
Akan tetapi, karena bentuknya tidak terlampau tinggi dan terkesan lebih horizontal, kesan yang ditunjukkan dalam bangunan Istana Merdeka itu bersifat manusiawi dan harmonis.