Senin, 22 Desember 2025

Polemik Rasisme Di Nusantara: Jejak Sejarah Gedung Harmoni Dan Tulisan Kontroversialnya

Photo Author
- Jumat, 10 November 2023 | 19:30 WIB
Tulisan bernada rasis di Gedung Societeit Harmonie. (Instagram / @arsip_indonesia)
Tulisan bernada rasis di Gedung Societeit Harmonie. (Instagram / @arsip_indonesia)

PANDE.co.id - Kasus polemik rasisme telah melanda berbagai wilayah di dunia, tak terkecuali di Nusantara.

Rasisme di Nusantara sudah ada sejak jaman kolonial Hindia Belanda, yang mana pemerintahnya membedakan jenjang atau strata masyarakat menjadi tiga; Eropa, Asia dan Pribumi.

Eropa yang dimaksud di sini adalah orang-orang keturunan dari Jerman, Belanda, Prancis, Inggris dan negara-negara Eropa lain yang menetap di Hindia Belanda.

Sedangkan masyarakat Asia adalah mereka yang merupakan keturunan Tionghoa, Arab dan India.

Untuk pribumi, adalah mereka yang merupakan keturunan suku-suku di Nusantara seperti Sunda, Jawa, Bali, Batak, Bugis dan suku-suku lainnya.

Orang Belanda pada masa itu, sekitar abad ke-18 hingga 19, dikenal sangat eksklusif.

Saking ekslusifnya, bahkan untuk penggunaan agama dan bahasa mereka, hanya untuk pribumi dari kalangan tertentu saja.

Keadaan ini makin dibuktikan dengan adanya tulisan bernada rasis di sebuah gedung, yaitu Gedung Harmoni.

Gedung Harmoni, atau dikenal juga sebagai Gedung Societeit Harmonie, merupakan bangunan bersejarah era Hindia Belanda yang dahulu berdiri di ujung Jalan Veteran dan Majapahit, Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.

Saat ini, dugaan kuat menunjukkan bahwa area tempat gedung tersebut berdiri kini menjadi bagian dari lahan yang digunakan untuk kantor Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Bangunan megah ini, pada zamannya, berfungsi sebagai tempat berkumpul (societeit) dan menjadi lokasi penyelenggaraan pesta bagi masyarakat Belanda.

 

Dilansir dari akun Instagram @arsip_indonesia, ada tulisan mengenai larangan masuk bagi para pribumi, serta menyamakan mereka dengan anjing.

Bunyi dari tulisan itu adalah; "Verboden voor Honden en Inlander. Priboemi dan andjing di larang masoek."

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dewa Putu Wijana Astrawan

Tags

Terkini

Terpopuler

X