Mereka melakukan efisiensi biaya operasional, memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk otomatisasi layanan, dan fokus pada pengembangan bisnis di pasar inti mereka, yaitu Indonesia dan Filipina, untuk meningkatkan loyalitas wisatawan domestik di kedua negara tersebut.
CEO RedDoorz, Amit Saberwal, mengungkapkan bahwa pasca pandemi, perusahaan mereka lebih berfokus pada wisatawan domestik sebagai strategi untuk menghindari risiko yang sama jika pandemi kembali terjadi.
"Sebelum pandemi, banyak hotel di Asia mengandalkan wisatawan Tiongkok, namun sekarang kita telah belajar untuk tidak lagi bergantung pada mereka," ujarnya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mencatat bahwa jumlah pergerakan wisatawan domestik di Indonesia hingga pertengahan tahun 2023 telah mencapai 433 juta orang dari target 1,2 miliar orang.
Adil Mubarak, VP Operations & Multi-Brand RedDoorz Indonesia, optimis bahwa pergerakan wisatawan domestik ini akan terus meningkat hingga akhir 2023, yang diharapkan akan berdampak positif pada okupansi hotel RedDoorz dan portofolio multi-brand mereka.
Seiring dengan peningkatan okupansi, RedDoorz juga berhasil menambah jumlah pelanggan loyalnya.
Dengan pencapaian gemilang selama semester I 2023, RedDoorz optimis bahwa mereka dapat mencapai Group Break Even Point (BEP) pada kuartal keempat tahun 2023 dan mencapai EBITDA positif pada tahun 2024.
Rencana jangka panjang mereka juga melibatkan ekspansi yang ambisius dengan menargetkan memiliki 8.000 properti RedDoorz dalam tiga hingga empat tahun mendatang.
Adil menambahkan, "Rencana kami berikutnya adalah menjadi perusahaan jaringan perhotelan terbesar di Asia Tenggara dan mencapai go public pada tahun 2027."
Pencapaian ini menandai perjalanan RedDoorz yang sukses dalam menghadapi tantangan pandemi dan meraih pertumbuhan yang berkelanjutan.