PANDE.co.id - Dalam dunia kuliner kita, daging kambing seringkali dijauhi karena dianggap dapat meningkatkan risiko darah tinggi.
dr. Tirta mengklarifikasi pandangan ini dan menunjukkan bahwa sebenarnya masalahnya tidak terletak pada daging kambing itu sendiri.
Menurut dr. Tirta, mitos yang menyebutkan bahwa daging kambing, seperti sate, tongseng, tengkleng, dan gulai, dapat menyebabkan darah tinggi adalah sesuatu yang perlu dihadapi dengan fakta yang jelas.
"Jadi, yang membuat popularitas daging kambing melambung tinggi adalah akibat dari komponen garam dan kecap yang digunakan secara berlebihan," ungkap dr. Tirta dengan tegas.
Ia menekankan bahwa segala sesuatu yang memiliki cita rasa yang kuat dan tinggi kandungan garam memiliki risiko kesehatan yang tinggi.
Namun, dr. Tirta menyatakan bahwa masalah utama bukanlah pada daging kambing itu sendiri.
Sebaliknya, daging kambing justru memiliki kandungan gizi yang sehat, dengan tingkat protein yang bahkan melebihi daging sapi.
"Dalam gulai, tongseng, dengan santan, kecap, dan garam. Ketika tensi meningkat, rasanya enak. Yang sering disalahkan adalah daging kambing. Seolah-olah, daging kambing itu menjadi korban fitnah," tambah dr. Tirta.
Ia menyoroti bahwa jika terjadi kenaikan tekanan darah setelah mengonsumsi hidangan-hidangan tersebut, penyebab utamanya lebih terletak pada penggunaan garam dan kecap yang berlebihan dalam proses memasak, bukan pada daging kambing itu sendiri.
Dengan penjelasan yang lugas, dr. Tirta tidak hanya membantah mitos seputar daging kambing tetapi juga memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai manfaat kesehatan yang terkandung dalam daging kambing.
Kesadaran akan keseimbangan dalam konsumsi garam dan kecap diimbangi dengan keuntungan gizi yang dapat diperoleh dari daging kambing, membuka wawasan baru mengenai makanan yang sering dianggap kontroversial ini.