Mereka ialah PT WIKA dan PT Nindya Karya, untuk memberikan klarifikasi terkait tindakan yang dianggap melanggar syariat Islam dan budaya Aceh.
Dalam surat yang beredar luas di media sosial, pemerintah Aceh meminta klarifikasi atas aktivitas pawang hujan yang melibatkan Mbak Rara.
Pemerintah juga meminta agar pihak terkait menyampaikan permohonan maaf kepada publik.
Hal itu dikarenakan kegiatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh.
Selain itu, surat tersebut juga menginstruksikan agar Mbak Rara segera dipulangkan.
Dan kepulangannya harus dipublikasikan untuk menghindari kegaduhan lebih lanjut.
Atas desakan dari berbagai pihak, akhirnya Mbak Rara dipulangkan dari Aceh pada Rabu, 28 Agustus 2024, melalui Bandara Sultan Iskandar Muda.
Keputusan ini diambil demi menjaga keharmonisan antara kegiatan yang dilaksanakan di Aceh dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya setempat.
Peristiwa yang melibatkan Mbak Rara di Aceh ini menjadi sorotan publik, memperlihatkan betapa sensitifnya isu yang berkaitan dengan kepercayaan dan adat istiadat di Indonesia.
Meski dikenal luas dan dihormati di berbagai daerah lain, kehadiran Mbak Rara di Aceh menimbulkan reaksi berbeda.
Menunjukkan bahwa praktik-praktik spiritual seperti yang dilakukan Mbak Rara masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan.
Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati.
