SOLO, PANDE.co.id - Kampung Laweyan terkenal dengan industri batiknya. Terletak di wilayah Solo, kampung ini telah eksis sejak berabad-abad lalu.
Sejak abad ke-14, masa Kesultanan Pajang, sudah ada kegiatan membatik di tanah Laweyan dengan menggunakan pewarna alami.
Kegiatan ini terus berlanjut selama kurun waktu berabad-abad hingga teknik batik cap ditemukan pada awal abad 20.
Sejak saat itu, muncul juragan batik yang handal dan terkenal dari Laweyan.
Masa kejayaan Laweyan diwarnai oleh legenda Mbok Mase dan Mas Nganten, sebutan bagi juragan batik yang sangat disegani.
Rumah-rumah mereka, yang sebagian besar berfungsi sebagai showroom batik, mempertahankan keindahan masa lampau dan sering dijadikan latar belakang produksi film dan acara televisi nasional dan internasional hingga saat ini.
Di Laweyan, artefak kejayaan industri batik dengan mudah ditemukan, menjadi daya tarik bagi wisatawan, akademisi, dan media domestik maupun internasional yang antusias berkunjung.
Ketika Indonesia merdeka, Kampung Laweyan baru diperhitungkan sebagai destinasi membatik nomor satu di Indonesia. Pemerintah menjadikan Laweyan sebagai cagar budaya.
Sentra Batik Laweyan telah menjadi pelopor industri batik "ramah lingkungan" sejak tahun 2006.
Mereka menerapkan Instalasi Pengolah Air Limbah komunal pertama di Indonesia dengan bantuan dari GTZ Jerman dan BLH Surakarta.
Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi praktik industri yang ramah lingkungan.
Seiring perkembangan zaman, Kampung Laweyan bertumbuh kembang lebih maju menyesuaikan dengan teknologi.
Pada tanggal 28 Oktober 2022, Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka meresmikan Kampoeng Batik Laweyan sebagai Kampung Digital.