JAKARTA, PANDE.co.id - Asal mula Stasiun Gambir dibangun pada tahun 1871 sejak masa kolonialisme Belanda.
Dilansir dari Buku Medan Merdeka-Jantung Ibukota RI, ketika itu, Kota Batavia sudah mulai mengalami suatu perkembangan yang lebih canggih. Hal ini diikuti oleh teknik fasilitas infrastruktur dan transportasi yang ada saat itu.
Tahun 1871, tepatnya, adalah stasiun bermula dari pembangunan Halte Koningsplein atau Lapangan Banteng di rel kereta api Kota-Manggarai-Matraman, tepatnya di ujung tenggara luar lapangan tersebut.
Setelah pembangunan tersebut, tak lama kemudian, stasiun dibangun di dekat lapangan tersebut. Pembangunan berkaitan dengan kebutuhan warga Batavia saat itu yang sarat bermobilitas.
Dalam perkembangan selanjutnya, kebutuhan akan Stasiun Gambir ini menjadi lebih besar lantaran posisinya yang strategis.
Para penumpang kereta banyak menaiki kereta dari Stasiun Gambir.
Melihat keadaan itu, Pemerintah Kolonial Belanda memperbesar stasiun tersebut menjadi lebih luas.
Perkembangan kereta api selanjutnya semakin padat pada tahun 1970-an. Ketika terjadi urbanisasi dari desa-desa di Jawa menuju Jakarta, kebutuhan akan penggunaan stasiun ini juga semakin besar.
Keadaan itu menunjukkan permasalahan baru.
Ketika lalu lintas di Jakarta Pusat telah padat, plang kereta yang membuka dan menutup ketika kereta api melewati suatu jalan dianggap mengganggu lalu lintas Jakarta.
Sehingga, pada tahun-tahun setelahnya, dikembangkanlah jembatan layang termasuk juga melewati stasiun ini agar mempermudah dan memperlancar lalu lintas.
Stasiun Gambir akhirnya dibuat menjadi dua tingkat sejak tahun 1992. Kala itu, arsiteknya adalah Danisworo.
Sebetulnya, ide untuk membangun Stasiun menjadi bertingkat-tingkat itu sudah ada sejak zaman Belanda, terutama pemabngunannya dari Stasiun Beos atau yang kini dikenal Jakarta Kota hingga pintu air Manggarai.