Peletakan batu pertama Istana Putih dilakukan pada 7 Maret 1809, menandai keseriusan Daendels dalam membangun pusat pemerintahan baru di Weltevreden.
Urgensi Untuk Pindah Ternyata Cukup Serius
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap tingginya angka kematian di Batavia akibat wabah penyakit seperti kolera dan malaria.
Daendels bahkan menghancurkan sebagian Batavia Lama, termasuk Kasteel Batavia, dan menggunakan puing-puingnya untuk membangun fasilitas baru di Weltevreden.
Selain gedung pemerintahan, Daendels juga menginstruksikan pembangunan fasilitas militer, hiburan, dan perumahan yang nyaman bagi penduduk Eropa.
Pembangunan Istana Putih terus berlanjut meskipun Daendels dipanggil kembali oleh Napoleon Bonaparte pada 1811.
Pembangunan Baru Selesai Setelah 19 Tahun Kemudian
Sepeninggal Daendels, pembangunan Istana Putih sempat terhenti dan mandek total.
Namun, pembangunan kemudian dilanjutkan kembali oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens dan selanjutnya oleh LPJ du Bus de Gisignies pada 1826.
Proyek ini akhirnya rampung pada 1828, menandai berdirinya pusat pemerintahan baru di Weltevreden.
Istana Putih tidak hanya menjadi simbol kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.
Akan tetapi juga mencerminkan upaya Daendels dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan layak bagi pemerintahan Hindia Belanda.
Visi ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya kesehatan publik dan infrastruktur yang memadai sebagai fondasi bagi keberlanjutan kekuasaan kolonial di wilayah tersebut.