Menurut beberapa laporan, kesalahan manajemen oleh otoritas Arab Saudi memperparah kondisi ekstrem, menyebabkan krisis di banyak area yang diperuntukkan bagi jemaah.
Mereka mengatakan akomodasi dan fasilitas kurang dikelola dengan baik, dengan tenda-tenda yang padat tanpa pendinginan dan fasilitas sanitasi yang memadai.
Amina (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 38 tahun dari Islamabad, mengatakan: "Tidak ada pendingin udara di tenda kami di panasnya Mekah."
"Pendingin yang terpasang sebagian besar tidak memiliki air," lanjutnya.
"Ada begitu banyak sesak di tenda-tenda ini sehingga kami berkeringat deras dan itu merupakan pengalaman yang mengerikan," tambahnya.
Fauziah, seorang jemaah dari Jakarta, setuju, mengatakan, "Banyak yang pingsan karena kepadatan dan panas berlebihan di tenda-tenda."
Dia menyambut baik segala upaya perbaikan yang dilakukan dan percaya bahwa pengaturan ibadah haji tahun 2024 merupakan yang terbaik sejauh ini.
Namun, Menteri Kesehatan Saudi tetap fokus menyoroti sumber daya yang dialokasikan demi memastikan kesejahteraan jemaah.
Sebuah pernyataan pemerintah mengatakan bahwa sumber daya tersebut termasuk 189 rumah sakit dan pusat kesehatan.
Adapun klinik mobile dengan kapasitas gabungan lebih dari 6.500 tempat tidur, serta lebih dari 40.000 staf medis, teknis, administratif, dan sukarelawan.
Transportasi
Jemaah sering kali harus berjalan jarak jauh di bawah panas yang intens, dan beberapa pihak malah menyalahkan penghalang jalan serta manajemen yang buruk.
Muhammad Acha, seorang penyelenggara Haji untuk kelompok swasta, mengatakan selama musim panas, seorang jemaah biasanya harus berjalan setidaknya 15 kilometer per hari.
Ini membuat mereka terpapar sengatan panas, kelelahan, dan kekurangan air.