"Ya kalau untuk pembinaan, kan masyarakat juga bisa nilai. Ditulisnya pembinaan, tapi itu teguran secara halus." tambahnya.
Dalam permohonannya kepada Kepala Dinas dan Kepala BKSDM, ia meminta agar rekan-rekannya tidak dilibatkan dan semua tanggung jawab dilimpahkan kepada dirinya.
"Saya mau dipertemukan oleh Kepala Dinas dan Kepala BKSDM. Saya mau bilang biar teman-teman saya jangan dilibatin, biar ke saya aja," ucap Sandi.
Petugas Damkar tersebut menegaskan bahwa ia memiliki jiwa satria dan siap menerima apapun sanksi yang diberikan nantinya.
"Saya berjiwa besar ko, saya berjiwa satria, saya bukan pengecut. Seandainya ada sanksi atau apapun saya hadapin, saya gak takut," tegasnya.
"Orang bener, ngapain takut?" tambah Sandi.
Sandi juga menyampaikan permintaan maaf kepada Wakil Wali Kota dan menekankan bahwa apa yang ia sampaikan adalah fakta di lapangan.
"Untuk Bapak Wakil Walikota juga nih saya mohon maaf nih pak. Saya mohon maaf, ini saya bicara fakta, fakta lapangan yang ada," tegas petugas Damkar itu.
Ia menyinggung pentingnya etika dan keadilan dalam menjalankan tugas, serta mengingatkan bahwa Indonesia berlandaskan Pancasila yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab.
"Inget pak, Indonesia berlandaskan Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab. Apabila pemimpin itu tidak adil, kenapa nuntut adab bawahan?" tegas Sandi.
"Adil dulu pak, baru nuntut adab," tambahnya.
Ia juga membandingkan situasi yang dirasakannya di tempat kerja dengan ketidak adilan yang terjadi di Palestina.
Di mana anak-anak yang melawan tentara dianggap tidak beradab karena ketidakadilan yang mereka alami, dan itu mirip dengan ketidakadilan yang dirasakannya di tempat kerja.
"Bapak lihat pak anak kecil di Palestina nendang tantara Israel, apakah itu dikatakan tidak adab? Adab pak!" tegasnya.
"Tapi kenapa mereka seperti itu? Karena mereka mendapat ketidak adilan, saya juga mendapat ketidak adilan pada saat bekerja, teman-teman saya juga," ia menambahkan.