Pada tahun 1992, Paralimpiade Musim Dingin di Albertville, Prancis, juga diadakan di lokasi yang sama dengan Olimpiade Musim Dingin.
Hal tersebut sebagai hasil dari kesepakatan antara Komite Paralimpiade Internasional (International Paralympic Committee/IPC) dan Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC).
Salah satu pencapaian penting lainnya adalah Paralimpiade Rio 2016 yang berhasil menarik 4.328 atlet dari 159 negara untuk berkompetisi dalam 22 cabang olahraga.
Pada ajang ini, untuk pertama kalinya, dua atlet pengungsi tampil sebagai bagian dari Tim Atlet Paralimpiade Independen.
Hal tersebut menandai inklusi dan solidaritas yang semakin kuat di antara komunitas global.
Pada tahun 2018, Korea Selatan menjadi tuan rumah Paralimpiade Musim Dingin yang memecahkan rekor, dengan menampilkan 567 atlet dari 49 negara.
Pertandingan ini disaksikan oleh lebih dari 2,02 miliar penonton di seluruh dunia, sebuah angka yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Paralimpiade.
Selain itu, sebanyak 343.000 penonton turut hadir langsung di arena, menegaskan semakin luasnya dukungan dan perhatian terhadap ajang ini.
Dengan sejarah yang kaya dan perkembangan yang pesat, Paralimpiade terus menjadi simbol penting dari ketangguhan, inklusi, dan semangat kompetisi.
Melalui Paralimpiade, dunia disuguhkan dengan contoh nyata bagaimana olahraga dapat menjadi alat untuk memperjuangkan kesetaraan dan memberikan ruang bagi setiap individu untuk bersinar, tanpa terkecuali.