PANDE.co.id - Kerajaan Arab Saudi (KSA) menjadi pusat dalam sebuah pertemuan luar biasa pada 11 November 2023 yang mengumpulkan negara-negara Islam dan Arab untuk mengatasi eskalasi kekerasan di Gaza.
Keputusan ini sebelumnya sempat diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri KSA, menggantikan dua pertemuan besar yang semula dijadwalkan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Liga Arab.
"Pertemuan ini sebagai respons terhadap keadaan luar biasa di Jalur Gaza Palestina, di mana negara-negara merasa perlunya menyatukan upaya dan mengambil sikap kolektif yang bersatu," ungkap Kementerian Luar Negeri KSA.
Pertemuan ini diklaim melibatkan negara-negara anggota OKI, termasuk negara-negara tetangga wilayah Palestina seperti Mesir, Yordania, Lebanon, Turki, dan Irak.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, juga akan hadir setelah 11 tahun lamanya presiden-presiden Iran tidak berkunjung ke KSA.
Raisi menegaskan bahwa Gaza bukan hanya masalah bagi dunia Islam, tetapi juga seluruh dunia.
"Gaza bukanlah arena kata-kata. Ini harus nyata menjadi sebuah tindakan," tegas Raisi.
Dia menilai tindakan Israel di Gaza adalah contoh nyata kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel, meskipun mendapat seruan gencatan senjata, tetap melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza.
Serangan udara dan darat tanpa henti telah menewaskan ribuan warga Palestina, termasuk serangan baru-baru ini terhadap rumah sakit yang sebenarnya tidak boleh diserang dalam kondisi perang sekalipun.
Liga Arab, yang terdiri dari 22 negara, berkomitmen untuk menghentikan agresi, mendukung Palestina, dan meminta pertanggungjawaban atas tindakan Israel yang dianggap sebagai kejahatan.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) sempat mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak ingin lingkup perang antara Israel dan Palestina semakin meluas.
Namun, Raisi juga menyoroti AS karena ucapannya tidak sesuai dengan tindakannya karena negeri Paman Sam ini telah memberi dukungan besar terhadap 'mesin perang' Israel.